Wednesday, November 9, 2016

Salam Lestari...
            Tuhan dengan kebesaran dan kekuasaannya menciptakan alam semesta dengan segala isinya kepada manusia yang juga hasil ciptaan-Nya untuk dikelola dan dimanfaatkan isinya sesuai dengan kebutuhannya.
            Mahasiswa Katolik Pecinta Alam Sinai Universitas Negeri Makassar adalah suatu biro yang berada dibawah naungan KMK-UNM sebagai organisasi induk. Biro ini bertujuan menghimpun semua mahasiswa katolik di Universitas Negeri Makassar  yang memiliki jiwa kepecintaalaman dan peduli terhadap pelestarian lingkungan hidup. Sebagai mahasiswa pecinta alam diharapkan dapat mengembangkan profesionalisme yang dimaksud.
            Sehubungan dengan hal tersebut maka MKPA SINAI UNM melaksanakan kegiatan penerimaan calon anggota muda angkatan III yang di agendakan dalam Pendidikan Dan Latihan Dasar IV (DIKLATSAR IV) yakni Indoor dan Outdoor.
Tujuan :
      a.   Regenerasi roda organisasi
      b.  Membentuk mahasiswa katolik yang sadar akan pentingnya kelestarian alam
      c.  Menerapkan konsep Yang ramah lingkungan
      d.  Menumbuhkan rasa kesetiakawanan dan persaudaraan sesama anggota, mahasiswa, gereja, dan            masyarakat pada umumnya.
       e.  Membantu usaha gereja dan pemerintah dalam menjaga kelestarian lingkungan
       f.  Menumbuhkan rasa percaya diri dan dedikasi yang tinggi pada organisasi

Nama dan Tema kegiatan
  Nama dari kegiatan ini adalah PENDIDIKAN DAN LATIHAN DASAR IV (DIKLATSAR IV). Dengan Tema : "Tuhan Aku dan Alam, Satu Semangat dalam Karya".
   Waktu Dan Tempat
Ø  Indoor  25 - 27 November  2016 bertempat di Sekretariat Bersama KMK-UNM
Ø  Outdoor  09 - 12 Desember 2016 dilaksanakan di Lembah Ramma' Kecamatan Tinggi Moncong Kabupaten Gowa.

Syarat pendaftaran
1.       Mahasiswa Katolik Universitas Negeri Makassar
2.       Tidak terdaftar  sebagai anggota pecinta alam di organisasi lain
3.       Sehat jasmani dan rohani
4.       Mengikuti  seluruh Rangkaian kegiatan  DIKLATSAR IV
5.       Mengisi dan mengembalikan formulir pendaftaran sesuai batas waktu yang telah ditentukan (registrasi)
ü  Pengambilan formulir tanggal 05 - 24 November 2016 di sekber KMK UNM
ü  Batas Pengembalian formulir tanggal 24 November 2016 di sekber KMK UNM
6.       Biaya konstribusi Rp.125.000/0rg
7.       Formulir dikembalikan dengan menggunakan map plastik wana hijau

Fasilitas Calon Anggota

       Indoor :
      1.   Materi-materi dasar kepecintaalaman
      2.   ID-Card
      3.    Konsusmsi/Snack

Outdoor :
1.       T-Shirt
2.       Slayer
3.       Konsumsi/snack
4.       Sertifikat

Monday, September 26, 2016

mapala adalah singkatan dari mahasiswa pencinta alam, kenapa di sebut mahasiswa pencinta alam karena kita semua tahu bahwa mapala adalah sebuah organisasi pencinta alam tapi masih mengacu pada sebuah lembaga pendidikan,mapala sendiri mempunyai peranan tersendiri dalam sebuah lingkup pencinta alam karena biasanya mapala lebih sering melakukan aktivitas yang dapat menarik masyarakat agar dapat mencintai alam sebagai semestinya, tetapi tidak hanya mapala yang bertangung jawab melestarikan alam adapun organisasi lain yang sama berbau alam biasanya dikelompokan menurut tingkatan tertentu.

1.SISPALA (siswa pencinta alam) mungkin ini adalah tingkatan terendah dalam pencinta alam tapi kita tidak boleh berpikir bahwa ilmu yang dimiliki sispala sedikit karena kita itu belajar dari alam bukan dari lembaga pendidikan semata.

2. MAPALA (mahasiswa pencinta alam) biasanya diatas setingkat dari sispala karena biasanya ini adalah jenjang kenaikan dari anggota muda ke tahap yang lebih luas lagi.

3.KPA (komunitas pencinta alam) mungkin ini adalah organisasi non lembaga pendidikan karena KPA biasanya terdiri dari masyarakat umum.

4. WANADRI adalah pencinta alam tingkat atas karena organisasi ini adalah organisai tertua dalam PA.

tapi apapun wadah organisasinya kita harus tetap menjaga alam kita agar tetap menjadi surga meskipun di negeri sendiri. dan jangan pernah kita membedakan apa organisasi yang kita ikuti, tapi kita harus menjurus ke satu tujuan yaitu apa yang kita bisa berikan untuk alam yang telah memberikan kita banyak kenikmatan.
tetaplah semagat semoga kita bisa melestarikan alam kita.

Pencinta alam jelaslah beda dengan penikmat alam, walau kenyataannya mungkin adalah dari hobinya yang sama-sama menggeluti kegiatan alam bebas. Yang sangat membedakan adalah sikap dari kesehariannya. hem...tentu ini bisa kita lihat langsung dari hal-hal kecil. Sama-sama suka mendaki gunung, memanjat tebing, menelusuri gua, mengarungi sungai berjeram, atau pun menyelami lautan. Pencinta alam adalah orang yang hidup berdampingan dengan alam dan saling menjaga satu sama lainya. Sedangkan penikmat alam tidak ditemukan adanya timbal balik dari kasih sayang tersebut.

Misalnya saja anda jalan-jalan ke gunung (dibaca mendaki gunung) menemukan coretan di batu (mau mebuat kenangan kalo pernah ke tempat tersebut kali ya, atau pengen eksis), trus saat anda berada di salah satu selter atau katakanlah pos pendakian. Anda menemukan beberapa bungkus mie instan, kaleng sarden yang sudah kosong, botol aqua kosong, dan...apapun itu yang jelas ditinggalkan manusia disana. Jelaslah anda dapat menyimpulkan masing-masing apakah dia (oknum yang mencoret batu atau meninggalkan sampah) adalah pencinta alam atau kah penikmat alam. Seseorang yang menyebut dirinya sebagai pencinta alam tentulah tidak akan melakukan seperti hal yang telah disebutkan sebelumnya. Dia akan mengenali dan memahami tiga macam kata. Yaitu tidak membunuh apa pun kecuali waktu, tidak mengambil apa pun kecuali foto, dan tidak meninggalkan apa pun kecuali jejak kaki. 

Pencinta alam mudah beradaptasi dengan alam tanpa merusak keseimbangan ekosistem yang sudah ada. Ketika disebut mapala tentunya ada sikap intelektual dalam diri pencinta alam. Sebagai mahasiswa yang mencintai alam, tentu akan dia pelajari adanya kekayaan alam. Dia mencintai kebebasan, bukan berarti dia bebas atau seenaknya berkegiatan di alam liar. Seorang mapala tentunya tau standart operasional prosedure ketika hendak berkegiatan. Kenyamanan bukan jaminan menuju keselamatan. Seorang mapala harus tau bagaimana berkegiatan secara aman. Kalo aman pasti nyaman, tapi nyaman belum tentu aman.

Okey...paling nggak udah ngerti dan paham terlebih dahulu apa dan siapa itu pencinta alam. Kita kembali ke topik awal dimana ada perbedaan gender yang saya simpulkan dari ngobrol bersama temen-temen kampus yang tidak ikut ke organisasi pencinta alam. Banyak orang yang menyayangkan kenapa saya masuk ke organisasi pencinta alam. Kenapa saya senang menggeluti kegiatan ektrem.. Bahkan ibu saya pun bertanya keheranan kepada saya. Apa yang kau dapatkan ketika naik gunung? mengapa engkau suka masuk ke goa yang jelas-jelas bau dan gak jelas (kata ibu saya). Pertanyaan demi pertanyaan itu mampu membuat saya malah tambah mencintai dunia petualang. Bukankah jelas bahwa dampak dari berkegiatan alam bebas itu terlebih bagi cewek adalah suatu yang tidak diinginkan. Kulit hitam terbakar, pergaulan yang gak jelas, kumel, dan lain-lain adalah asumsi teman-teman saya akan dampak dari kegiatan ini.


Istilah Pecinta Alam di Indonesia sebenarnya belum lama dikenal. Dahulu memang sudah ada kelompok-kelompok yang bergerak di bidang lingkungan hidup dan konservasi alam. Sejarah tentang kelompok Pecinta Alam, terutama yang ada kaitannya dengan upaya pelestarian alam, sudah tercatat sejak tahun 1912, dengan terbentuknya De Nederlandsh Indische Vereneging Tot Natuur Rescherming. Kemudian Pemerintah Hindia Belanda mulai terlibat secara konkret sejak tahun 1937, dengan terbentuknya Bescherming Afdeling Van’t Land Plantetuin. Sejak saat itu kegiatan kepecintaalaman mulai berkembang di Indonesia.
Pada Awal tahun 1960-an kegiatan yang berorientasi pada pelestarian alam ini mendapat pengaruh yang cukup besar dari kegiatan kepanduan (scouting). Pandu, yang kini dikenal dengan nama Pramuka, berkembang pesat sejak tahun 1940-an, dan memang jenis kegiatan yang sering dilakukannya adalah kegiatan olahraga, rekreasi, petualangan, membaca jejak dan ketrampilan lainnya. Mau tidak mau, memang harus kita akui, bahwa kegiatan kepecintaalaman bertambah muatannya dengan jenis-jenis kegiatan petualangan karena adanya pengaruh dari kepanduan.
Istilah “Pecinta Alam” pertama kali diperkenalkan oleh Mapala Universitas Indonesia pada tahun 1975. Setelah berulang kali berganti nama, akhirnya mereka menamakan kelompoknya Mapala UI. Setelah itu, terutama di era 1980-an, perkembangan kelompok-kelompok Pecinta Alam semakin pesat di seluruh tanah air, sampai sekarang ini.
PECINTA ALAM
Kalau kita menilik asal katanya, ‘Pecinta’ artinya orang yang mencintai, dan alam dapat diartikan segala sesuatu yang ada di sekitar kita. Kalau kita perjelas lagi, alam berarti segalanya, baik benda hidup maupun benda tak hidup, yang ada di dunia ini. Udara, tanah, dan air merupakan bagian dari alam yang membantu kelangsungan hidup kita. Demikian pula dengan tanaman, hewan, dan manusia,mereka termasuk bagian dari alam ini. Keberadaan mereka satu dengan yang lain saling mempengaruhi. Jadi, jelas bahwa diri kita masing-masing pun merupakan bagian dari alam semesta ini. Lalu dapatkah kita mengatakan bahwa Pecinta Alam adalah orang yang mencintai alam semesta beserta isinya, termasuk dirinya sendiri. Bagaimana pula dengan mereka yang memiliki hobby bertualang di alam bebas? Dapatkah mereka kita sebut Pecinta Alam? Tampaknya memang ada kerancuan makna dalam istilah “Pecinta Alam” tersebut: antara mereka yang mencintai alam (lingkungan) dengan mereka yang gemar berpetualang di alam bebas. Sebagai pembanding, di Eropa dan Amerika ada suatu terminologi yang jelas bagi mereka yang berkecimpung dalam dunia kepecintaalaman, misalnya envi-ronmentalist (pecinta lingkungan hidup: Green Peace), naturlist (pecinta alam seperti sebagaimana adanya), adventure (petualangan/penjelajah), mountaineers (pendaki gunung), outdoor sports/activities (olahraga alam bebas: berkemah, gantole, menelusuri gua , masuk hutan, menyususri gua, dan semestinya).
Di Indonesia, Pecinta Alam adalah pendaki gunung, penulusuran gua, pengarungan sungai, pemanjat tebing dan sekaligus pecinta lingkungan. Hingga saat ini baru sedikit kelompok yang mengkhususkan aktivitasnya pada salah satu bidang saja. Oleh karena itu, mungkin akan lebih tepat bila dikatakan bahwa Pecinta Alam adalah orang-orang yang menCINTAI ALAM beserta segala isinya, dan yang menCINTAI petualangan alam bebas.
Istilah Pecinta Alam di Indonesia sebenarnya belum lama dikenal. Dahulu memang sudah ada kelompok-kelompok yang bergerak di bidang lingkungan hidup dan konservasi alam. Sejarah tentang kelompok Pecinta Alam, terutama yang ada kaitannya dengan upaya pelestarian alam, sudah tercatat sejak tahun 1912, dengan terbentuknya De Nederlandsh Indische Vereneging Tot Natuur Rescherming. Kemudian Pemerintah Hindia Belanda mulai terlibat secara konkret sejak tahun 1937, dengan terbentuknya Bescherming Afdeling Van’t Land Plantetuin. Sejak saat itu kegiatan kepecintaalaman mulai berkembang di Indonesia. Pada Awal tahun 1960-an kegiatan yang berorientasi pada pelestarian alam ini mendapat pengaruh yang cukup besar dari kegiatann kepanduan (scouting). Pandu, yang kini dikenal dengan nama Pramuka, berkembang pesat sejak tahun 1940-an, dan memang jenis kegiatan yang sering dilakukannya adalah kegiatan olahraga, rekreasi, petualangan, membaca jejak dan ketrampilan lainnya. Mau tidak mau, memang harus kita akui, bahwa kegiatan kepecintaalaman bertambah muatannya dengan jenis-jenis kegiatan petualangan karena adanya pengaruh dari kepanduan. Istilah “Pecinta Alam” pertama kali diperkenalkan oleh Mapala Universitas Indonesia pada tahun 1975. Setelah berulang kali berganti nama, akhirnya mereka menamakan kelompoknya Mapala UI. Setelah itu, terutama di era 1980-an, perkembangan kelompok-kelompok Pecinta Alam semakin pesat di seluruh tanah air, sampai sekarang ini.
PECINTA ALAM
Kalau kita menilik asal katanya, ‘Pecinta’ artinya orang yang mencintai, dan alam dapat diartikan segala sesuatu yang ada di sekitar kita. Kalau kita perjelas lagi, alam berarti segalanya, baik benda hidup maupun benda tak hidup, yang ada di dunia ini. Udara, tanah, dan air merupakan bagian dari alam yang membantu kelangsungan hidup kita. Demikian pula dengan tanaman, hewan, dan manusia, mereka termasuk bagian dari alam ini. Keberadaan mereka satu dengan yang lain saling mempengaruhi. Jadi, jelas bahwa diri kita masing-masing pun merupakan bagian dari alam semesta ini. Lalu dapatkah kita mengatakan bahwa Pecinta Alam adalah orang yang mencintai alam semesta beserta isinya, termasuk dirinya sendiri. Bagaimana pula dengan mereka yang memiliki hobby bertualang di alam bebas? Dapatkah mereka kita sebut Pecinta Alam? Tampaknya memang ada kerancuan makna dalam istilah “Pecinta Alam” tersebut: antara mereka yang mencintai alam (lingkungan) dengan mereka yang gemar berpetualang di alam bebas. Sebagai pembanding, di Eropa dan Amerika ada suatu terminologi yang jelas bagi mereka yang berkecimpung dalam dunia kepecintaalaman, misalnya envi-ronmentalist (pecinta lingkungan hidup: Green Peace), naturlist (pecinta alam seperti sebagaimana adanya), adventure (petualangan/penjelajah), mountaineers (pendaki gunung), outdoor sports/activities (olahraga alam bebas: berkemah, gantole, menelusuri gua , masuk hutan, menyususri gua, dan semestinya).Di Indonesia, Pecinta Alam adalah pendaki gunung, penulusuran gua, pengarungan sungai, pemanjat tebing dan sekaligus pecinta lingkungan. Hingga saat ini baru sedikit kelompok yang mengkhususkan aktivitasnya pada salah satu bidang saja. Oleh karena itu, mungkin akan lebih tepat bila dikatakan bahwa Pecinta Alam adalah orang-orang yang menCINTAI ALAM beserta segala isinya, dan yang menCINTAI petualangan alam bebas.

Thursday, September 22, 2016



v  Pecinta Alam Indonesia sadar bahwa alam beserta isinya adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
v  Pecinta Alam Indonesia adalah bagian dari masyarakat Indonesia sadar akan tanggung jawab kepada Tuhan, bangsa, dan tanah air
v  Pecinta Alam Indonesia sadar bahwa pecinta alam adalah sebagian dari makhluk yang mencintai alam sebagai anugerah yang Mahakuasa
Sesuai dengan hakekat di atas, kami dengan kesadaran menyatakan :
  1. Mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa
  2. Memelihara alam beserta isinya serta menggunakan sumber alam
    sesuai dengan kebutuhannya
  3. Mengabdi kepada bangsa dan tanah air
  4. Menghormati tata kehidupan yang berlaku pada masyarakat
    sekitar serta menghargai manusia dan kerabatnya
  5. Berusaha mempererat tali persaudaraan antara pecinta alam
    sesuai dengan azas pecinta alam
  6. Berusaha saling membantu serta menghargai dalam pelaksanaan
    pengabdian terhadap Tuhan, bangsa dan tanah air
  7. Selesai

Disyahkan bersama dalam
Gladian Nasional ke-4
Ujung Pandang, 1974

Know us

Our Team

Video of the Day

Contact us

Name

Email *

Message *